A. Informasi Umum
Gempa kuat kembali mengguncang Kota Padang di Sumatera Barat pada Rabu, 30 September 2009 pk. 17.16 WIB. Gempa dengan kekuatan 7,6 SR juga dirasakan hingga Aceh dan Liwa di Propinsi Lampung. Sumber dari BMKG menyebutkan bahwa gempa dengan intensitas 6–7 MMI dialami di Padang, 4 MMI di Sibolga dan Gunung Sitoli, 3-4 MMI di Bengkulu, Bukit Tinggi, Tapanuli Selatan, Muko-Muko dan Liwa. 2–3 MMI di Duri-Riau dan Pekan Baru. Di Jakarta, akibat gempa tersebut dirasakan 2-3 MMI.
B. Populasi Terdampak
Hingga Selasa (6/10) pukul 10.00 WIB, Pusdalops BNPB melaporkan sebanyak 704 orang meninggal dunia dan 295 orang hilang adalah:
-Kota Padang 327 orang meninggal dan 4 orang hilang
-Kota Pariaman 37 orang meninggal dunia.
-Kota Solok 3 orang meninggal dunia.
-Kab. Padang Pariaman 292 orang meninggal dan 237 orang hilang
-Kab. Pesisir Selatan 10 orang meninggal dunia.
-Kab. Agam 32 orang meninggal dunia dan 54 orang hilang.
-Kab. Pasaman Barat 3 orang meninggal dunia.
Sedangkan data kerusakan hingga 5 Oktober 2009 pukul 20.00 WIB yang tercatat oleh BNPB adalah:
-Rumah rusak berat 101.653 unit
-Rumah rusak sedang 48.967 unit
-Rumah rusak ringan 49.026 unit
-Fasilitas pendidikan yang rusak berat 887 unit, rusak sedang 575 unit, rusak ringan 457 unit.
Sejumlah 21 tim SAR yang berasal dari 19 negara telah mengkaji 31 titik reruntuhan bangunan di Kota Padang dan menyatakan sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Untuk itu, kegiatan rescue dialihkan ke sebelah Timur, Utara, Selatan Kota Padang, seperti Kab. Padang Pariaman dan Kab. Agam
C. Respon Pemerintah
Selasa (6/10), pemerintah memajukan waktu penanganan tanggap darurat menjadi hanya satu bulan sejak 1 Oktober 2009, setelah sebelumnya diputuslam dua bulan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, menyatakan kalau masyarakat sudah mulai menjalankan aktivitas normal sehingga penanganan tanggap darurat dapat dipercepat, agar rehabilitasi dan rekonstruksi segera dimulai. Target rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai awal November.
Keputusan tersebut dihasilkan dalam rapat koordinasi penanganan bencana Sumbar di kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jakarta, Selasa sore. Beberapa peserta diantaranya Menteri Sosial, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri.
Pemerintah melakukan percepatan distribusi logistik dengan mengirimkan sembilan helikopter dan tujuh kendaraan kecil untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit dimasuki moda transportasi biasa. Selain itu, tambahan relawan dikirimkan, yaitu 600 personil Tagana (di sana sudah ada 624 personil Tagana). Air bersih sebanyak 20 unit tangki sudah dikirimkan.
D. Kebutuhan Mendesak
Berdasarkan kajian yang dilakukan tim respon Joint Response Caritas (JRC), kebutuhan mendesak saat ini adalah tempat penampungan sementara, kebersihan / sanitasi dan kesehatan. Makanan bukan menjadi kebutuhan mendesak karena persediaan makanan dinilai cukup.
Hasil kajian tim tersebut sejalan dengan data kajian yang dimiliki UN-OCHA. UN-OCHA memastikan makanan belum menjadi kebutuhan mendesak saat ini. Tambahan lain adalah kebutuhan mendesak untuk diadakannya aktivitas sekolah, air bersih, distribusi bantuan, perlindungan anak dan klinik kesehatan keliling (mobil klinik). Jaringan komunikasi sudah tersambung kembali, termasuk layanan internet. Untuk telepon selular, jaringan yang bisa dipakai adalah XL dan Fren.
Tetapi, media melaporkan hal yang berbeda dari kajian tim JRC maupun UN-OCHA. Kantor berita Antara menyampaikan bahwa sebagian korban gempa di empat kecamatan di Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, hingga kini belum mendapatkan bantuan logistik memadai. Menurut Antara, empat keacamatan ini merupakan kecamatan terparah di Kabupaten Pesisir Selatan.
Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Nasir, bantuan bahan pokok yang diterima hingga saat ini berupa 10,3 ton beras, 41.140 dus mi instan, 420 dus air mineral, 100 kilogram gula, 20 kaleng ikan sarden dan tenda 407 buah. Jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan korban.
Bagi mereka yang ingin memberikan bantuan logistik, harap tidak memberikan susu dan mie instan. Susu tidak dianjurkan karena sulitnya air bersih, kemungkinan susu tidak cocok dengan perut bayi, dapat menimbulkan ketergantungan pemakaian susu botol pada bayi. Penyaluran susu harus didampingi oleh ahli gizi / kesehatan untuk memastikan tidak adanya dampak lanjutan. Larangan tersebut sudah menjadi kesepakatan internasional. Sedangkan untuk mie instan, sudah banyak sekali organisasi yang memberikan mie instan. Lebih baik memberikan jenis makanan, misalnya sarden, ikan asin, kacang hijau, telur asin.
E. Respon Karina Network
Tim JRC berada di lokasi sejak Kamis (1/10) untuk berkoordinasi dengan tim ER Keuskupan / Paroki setempat serta tim gabungan JRC yang ada di Indonesia. Serta melakukan kajian cepat di lokasi bencana untuk melihat kerusakan yang terjadi dan kebutuhan yang diperlukan, terutama untuk daerah-daerah yang belum tersentuh bantuan.
Tim JRC menjadi bagian dalam aksi gabungan Caritas Family. Karina KWI berperan sebagai koordinator dalam aksi gabungan tersebut. Dalam aksi gabungan, telah tersusun struktur kerja tim dan pembagian tugas dalam 4 kelompok, yaitu: struktur-organisasi, pemetaan-logistik, kebutuhan-penerima manfaat, kesehatan.
Tim JRC dan Caritas Family telah memutuskan wilayah yang akan dilayani, yaitu Nagari Lurah Ampalu dan Nagari Sungai Sariak (keduanya di Kabupaten Padang Pariaman), serta kota Padang. Pada Senin (5/10), tim gabungan melakukan kajian lanjutan ke Nagari Lurah Ampalu. Juga, mengurus pembukaan jalur pengiriman barang dengan BNPB, serta mulai melakukan pencarian harga (pre-procurement).
Sedangkan pada Selasa (6/10), tim JRC mendistribusikan 1358 unit terpal ke Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Padang Pariaman. Pendistribusian dilakukan berdasarkan data yang telah diverifikasi kelompok kerja kajian. Terpal berasal dari CRS dan dikirim dari Medan. Caritas Jerman mengurus jalur pengiriman barang dengan BNPB. Kelompok kerja kajian juga melakukan verifikasi data yang didapat dari HFI (Humanitarian Forum Indonesia – Karina salah satu anggotanya) dan melakukan kajian di wilayah target layanan.
F. Koordinasi
Koordinasi dilakukan dengan pihak Keuskupan Padang, paroki, dan anggota Caritas Internasionalis. Perwakilan Caritas Internasionalis, Allistair Dutton hadir untuk memantau respon tanggap darurat anggota CI. Pertemuan dengan anggota dilakukan pada Senin (5/10). Kesepakatan yang dihasilkan adalah akan ada joint appeal. JRC tidak akan bergerak sendiri-sendiri, melainkan terpadu dan terkoordinasi. Mgr. Martinus D. Situmorang, Uskup Padang menyatakan bahwa respon tanggap darurat berbasis Paroki ataupun Caritas Family tidak lagi berbeda. Semua disatukan dalam koordinasi JRC dan ERT-Padang, dalam supervisi Uskup dan manajemen Karina. Metode yang dipakai untuk melayani komunitas adalah sama, yaitu standar Damage and Need Assessment. Metode tersebut dipakai UNOCHA, dikembangkan oleh Emergency Capacity Building Project. Selain itu, koordinasi terus dilakukan dengan Karina Keuskupan Palembang atau Pansos Palembang.
G. Bantuan
Bantuan kepada korban yang sebagian besar kehilangan rumah atau rumah rusak diwujudkan dalam bentuk shelter sementara (tenda, terpal) hingga permanen (housing). Namun tetap akan mengupayakan bantuan emergency. Upaya ini bisa berlangsung hingga tahun 2010 atau bahkan 2011. Karena itu, pengiriman bantuan dana dari Caritas Family kepada Karina KWI perlu segera dilakukan. Perlu dihindari benturan dengan berbagai organisasi lain di lapangan, walaupun kebutuhan korban tetap menjadi prioritas. Tahap emergency disepakati berlangsung selama tiga bulan. Untuk memperkuat assessment, seluruh lembaga Caritas dan personil dibagi dalam lima task forces: field, purchasing and logistic, finance and admintration, liaison to donors, dan communications. Setiap kelompok beranggotakan Caritas lokal maupun internasional. Bentuk bantuan yang dibutuhkan tenda, selimut, sarung, tikar, alat-alat pertukangan (gergaji, palu,paku, seng). Sampai Rabu (7/10), telah dibagikan 1591 terpal di keluarahan Ampalo kecamatan Tuju Koto.
H. Posko
Gempa kuat kembali mengguncang Kota Padang di Sumatera Barat pada Rabu, 30 September 2009 pk. 17.16 WIB. Gempa dengan kekuatan 7,6 SR juga dirasakan hingga Aceh dan Liwa di Propinsi Lampung. Sumber dari BMKG menyebutkan bahwa gempa dengan intensitas 6–7 MMI dialami di Padang, 4 MMI di Sibolga dan Gunung Sitoli, 3-4 MMI di Bengkulu, Bukit Tinggi, Tapanuli Selatan, Muko-Muko dan Liwa. 2–3 MMI di Duri-Riau dan Pekan Baru. Di Jakarta, akibat gempa tersebut dirasakan 2-3 MMI.
B. Populasi Terdampak
Hingga Selasa (6/10) pukul 10.00 WIB, Pusdalops BNPB melaporkan sebanyak 704 orang meninggal dunia dan 295 orang hilang adalah:
-Kota Padang 327 orang meninggal dan 4 orang hilang
-Kota Pariaman 37 orang meninggal dunia.
-Kota Solok 3 orang meninggal dunia.
-Kab. Padang Pariaman 292 orang meninggal dan 237 orang hilang
-Kab. Pesisir Selatan 10 orang meninggal dunia.
-Kab. Agam 32 orang meninggal dunia dan 54 orang hilang.
-Kab. Pasaman Barat 3 orang meninggal dunia.
Sedangkan data kerusakan hingga 5 Oktober 2009 pukul 20.00 WIB yang tercatat oleh BNPB adalah:
-Rumah rusak berat 101.653 unit
-Rumah rusak sedang 48.967 unit
-Rumah rusak ringan 49.026 unit
-Fasilitas pendidikan yang rusak berat 887 unit, rusak sedang 575 unit, rusak ringan 457 unit.
Sejumlah 21 tim SAR yang berasal dari 19 negara telah mengkaji 31 titik reruntuhan bangunan di Kota Padang dan menyatakan sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Untuk itu, kegiatan rescue dialihkan ke sebelah Timur, Utara, Selatan Kota Padang, seperti Kab. Padang Pariaman dan Kab. Agam
C. Respon Pemerintah
Selasa (6/10), pemerintah memajukan waktu penanganan tanggap darurat menjadi hanya satu bulan sejak 1 Oktober 2009, setelah sebelumnya diputuslam dua bulan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, menyatakan kalau masyarakat sudah mulai menjalankan aktivitas normal sehingga penanganan tanggap darurat dapat dipercepat, agar rehabilitasi dan rekonstruksi segera dimulai. Target rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai awal November.
Keputusan tersebut dihasilkan dalam rapat koordinasi penanganan bencana Sumbar di kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jakarta, Selasa sore. Beberapa peserta diantaranya Menteri Sosial, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri.
Pemerintah melakukan percepatan distribusi logistik dengan mengirimkan sembilan helikopter dan tujuh kendaraan kecil untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit dimasuki moda transportasi biasa. Selain itu, tambahan relawan dikirimkan, yaitu 600 personil Tagana (di sana sudah ada 624 personil Tagana). Air bersih sebanyak 20 unit tangki sudah dikirimkan.
D. Kebutuhan Mendesak
Berdasarkan kajian yang dilakukan tim respon Joint Response Caritas (JRC), kebutuhan mendesak saat ini adalah tempat penampungan sementara, kebersihan / sanitasi dan kesehatan. Makanan bukan menjadi kebutuhan mendesak karena persediaan makanan dinilai cukup.
Hasil kajian tim tersebut sejalan dengan data kajian yang dimiliki UN-OCHA. UN-OCHA memastikan makanan belum menjadi kebutuhan mendesak saat ini. Tambahan lain adalah kebutuhan mendesak untuk diadakannya aktivitas sekolah, air bersih, distribusi bantuan, perlindungan anak dan klinik kesehatan keliling (mobil klinik). Jaringan komunikasi sudah tersambung kembali, termasuk layanan internet. Untuk telepon selular, jaringan yang bisa dipakai adalah XL dan Fren.
Tetapi, media melaporkan hal yang berbeda dari kajian tim JRC maupun UN-OCHA. Kantor berita Antara menyampaikan bahwa sebagian korban gempa di empat kecamatan di Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, hingga kini belum mendapatkan bantuan logistik memadai. Menurut Antara, empat keacamatan ini merupakan kecamatan terparah di Kabupaten Pesisir Selatan.
Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Nasir, bantuan bahan pokok yang diterima hingga saat ini berupa 10,3 ton beras, 41.140 dus mi instan, 420 dus air mineral, 100 kilogram gula, 20 kaleng ikan sarden dan tenda 407 buah. Jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan korban.
Bagi mereka yang ingin memberikan bantuan logistik, harap tidak memberikan susu dan mie instan. Susu tidak dianjurkan karena sulitnya air bersih, kemungkinan susu tidak cocok dengan perut bayi, dapat menimbulkan ketergantungan pemakaian susu botol pada bayi. Penyaluran susu harus didampingi oleh ahli gizi / kesehatan untuk memastikan tidak adanya dampak lanjutan. Larangan tersebut sudah menjadi kesepakatan internasional. Sedangkan untuk mie instan, sudah banyak sekali organisasi yang memberikan mie instan. Lebih baik memberikan jenis makanan, misalnya sarden, ikan asin, kacang hijau, telur asin.
E. Respon Karina Network
Tim JRC berada di lokasi sejak Kamis (1/10) untuk berkoordinasi dengan tim ER Keuskupan / Paroki setempat serta tim gabungan JRC yang ada di Indonesia. Serta melakukan kajian cepat di lokasi bencana untuk melihat kerusakan yang terjadi dan kebutuhan yang diperlukan, terutama untuk daerah-daerah yang belum tersentuh bantuan.
Tim JRC menjadi bagian dalam aksi gabungan Caritas Family. Karina KWI berperan sebagai koordinator dalam aksi gabungan tersebut. Dalam aksi gabungan, telah tersusun struktur kerja tim dan pembagian tugas dalam 4 kelompok, yaitu: struktur-organisasi, pemetaan-logistik, kebutuhan-penerima manfaat, kesehatan.
Tim JRC dan Caritas Family telah memutuskan wilayah yang akan dilayani, yaitu Nagari Lurah Ampalu dan Nagari Sungai Sariak (keduanya di Kabupaten Padang Pariaman), serta kota Padang. Pada Senin (5/10), tim gabungan melakukan kajian lanjutan ke Nagari Lurah Ampalu. Juga, mengurus pembukaan jalur pengiriman barang dengan BNPB, serta mulai melakukan pencarian harga (pre-procurement).
Sedangkan pada Selasa (6/10), tim JRC mendistribusikan 1358 unit terpal ke Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Padang Pariaman. Pendistribusian dilakukan berdasarkan data yang telah diverifikasi kelompok kerja kajian. Terpal berasal dari CRS dan dikirim dari Medan. Caritas Jerman mengurus jalur pengiriman barang dengan BNPB. Kelompok kerja kajian juga melakukan verifikasi data yang didapat dari HFI (Humanitarian Forum Indonesia – Karina salah satu anggotanya) dan melakukan kajian di wilayah target layanan.
F. Koordinasi
Koordinasi dilakukan dengan pihak Keuskupan Padang, paroki, dan anggota Caritas Internasionalis. Perwakilan Caritas Internasionalis, Allistair Dutton hadir untuk memantau respon tanggap darurat anggota CI. Pertemuan dengan anggota dilakukan pada Senin (5/10). Kesepakatan yang dihasilkan adalah akan ada joint appeal. JRC tidak akan bergerak sendiri-sendiri, melainkan terpadu dan terkoordinasi. Mgr. Martinus D. Situmorang, Uskup Padang menyatakan bahwa respon tanggap darurat berbasis Paroki ataupun Caritas Family tidak lagi berbeda. Semua disatukan dalam koordinasi JRC dan ERT-Padang, dalam supervisi Uskup dan manajemen Karina. Metode yang dipakai untuk melayani komunitas adalah sama, yaitu standar Damage and Need Assessment. Metode tersebut dipakai UNOCHA, dikembangkan oleh Emergency Capacity Building Project. Selain itu, koordinasi terus dilakukan dengan Karina Keuskupan Palembang atau Pansos Palembang.
G. Bantuan
Bantuan kepada korban yang sebagian besar kehilangan rumah atau rumah rusak diwujudkan dalam bentuk shelter sementara (tenda, terpal) hingga permanen (housing). Namun tetap akan mengupayakan bantuan emergency. Upaya ini bisa berlangsung hingga tahun 2010 atau bahkan 2011. Karena itu, pengiriman bantuan dana dari Caritas Family kepada Karina KWI perlu segera dilakukan. Perlu dihindari benturan dengan berbagai organisasi lain di lapangan, walaupun kebutuhan korban tetap menjadi prioritas. Tahap emergency disepakati berlangsung selama tiga bulan. Untuk memperkuat assessment, seluruh lembaga Caritas dan personil dibagi dalam lima task forces: field, purchasing and logistic, finance and admintration, liaison to donors, dan communications. Setiap kelompok beranggotakan Caritas lokal maupun internasional. Bentuk bantuan yang dibutuhkan tenda, selimut, sarung, tikar, alat-alat pertukangan (gergaji, palu,paku, seng). Sampai Rabu (7/10), telah dibagikan 1591 terpal di keluarahan Ampalo kecamatan Tuju Koto.
H. Posko
1. Posko Di Keuskupan Surabaya
Menerima bantuan bahan kebutuhan pokok: mie instan, gula, kopi, minyak goreng, biscuit dll, selimut, pakaian dalam terbaru, terpal plastik dan tikar plastik (pakaian layak pakai belum diterima)
2. Periode Pengiriman ke Sumatera Barat
- 15 Oktober 2009
- 15 November 2009
- 15 Desember 2009